Banyak orang yang berasal dari beberapa kota yang sengaja datang untuk melihat tempat ini. Hanya sekitar 2 Jam saja dari kota Medan untuk sampai ke Desa Pegajahan.
Menurut ceritanya, warga Bali yang tinggal di Sergai ini adalah para buruh kontrak yang didatangkan langsung dari Pulau Bali oleh perusahaan perkebunan PTPN IV Adolina sekitar tahun 1962. saat itu ada sekitar 53 KK atau 200 jiwa yang bermukim di Desa Pegajahan. Komunitas ini hidup berdampingan dengan sejumlah buruh perkebunan lainnya yang memang berasal dari bermacam-macam etnis. Ada Jawa, kalimantan, Simalungun, Tapanuli dan Melayu. Walau jau dari kampung halaman, namun komunitas ini tetap mempertahankan adat istiadat dan keyakinan mereka. Sekitar tahun 1989 didirikan sebuah Pura yang diberi nama Pura Panataran Dharmaraksaka yang fungsinya sebagai tempat ibadah umat hindu bali yang ada di desa tersebut.
Pura Panataran Dharmaraksaka ini, ramai dikunjungi setidaknya dua kali dalam sebulan oleh umat Hindu Bali untuk beribadah pada waktu Purnama dan Tilem (Bulan Gelap).
Pura ini sendiri di rawat oleh seorang kakek yang bernama I Made Widia. Kakek I Made Widia merupakan orang Hindu Bali Asli dan ia merupakan orang tertua didalam komunitas etnis bali di Desa Pegajahan ini. Menurut kakek ini, warga Hindu Bali yang bermukim di desa Pegajahan sampai saat ini (agustus 2013), hanya tinggal sekitar 11 kepala Keluarga atau lebih kurang 30 jiwa saja.
Keunikan yang ada di Desa Pegajahan ini merupakan daya tarik sendiri untuk orang-orang mengunjungi tempat ini serta dapat dikatakan sebagai Wisata Budaya yang bermanfaat. keterangan foto : paling kanan Kakek I Made Widia, no 2 dari kanan Pemangku Pura
Saya dari Medan, jika mau kesana dari jalan besar Medan tebing tinggi, masuknya dr jalan apa ya? Adakah plabg nama yg menunjukkan arah kampung bali itu?
BalasHapussetelah kota perbaungan ada simpang 3 disebelah kanan, nama plang nya menuju ke kecamatan pegajahan, dari simpang tersebut masuk ke dalam sekitar 20 km,, baru dapat desa pegajahan, saya asli penduduk situ
Hapus