Minggu, 18 Agustus 2013


MANUSIA (DALAM UPANISAD)
 
Manusia dalam pandangan Upanisad bukan budak atau hamba Tuhan. Bukan tikus dalam cengkraman cakar kucing , seperti dikatakn dalam sajak Amir Hamzah .
Upanisad tidak pula memperlakukan manusia seperti kuda yang harus diiming-iming dengan rumput surga dan diancam dengan pecut neraka agar bejalan sesuai dengan kehendak kusir.
Manusia tidak dibuat dari tanah liat atau dari tulang rusuk atau air kotor. Manusia tidak lahir dari kecelakaan mitologis maupun dosa teologis. Dia diciptakan dengan sengaja, karena dalam pen ciptaan ada kebahagiaan. “Dari bahagia semua ada (beings) datang , oleh kebahagian semua mereka hidup, dan ke dalam kebahagiaan semua mereka kembali”. Dan “Dimana ada penciptaan disana ada kemajuan . Dimana tidak ada penciptaan tidak ada kemajuan: ketahui hakikat penciptaan. Dimana tidak ada kebahagian , di sana tidak ada penciptaan : ketahui hakikat penciptaan 
Inti dari manusia adalah Atman, sang diri, jiwa manusia, yang menghidupkan dan menggerakan badannya , merupakan bagian dari Bahman. Dari sini lahir mahawakya “Tat Twam Asi” Itu adalah Engkau. Orang yang dapat merealisasikan Tuhan dalam hidupnya dapat berkata dalam setiap tarik nafasnya “So Ham” aku adalah Tuhan. Ucapan ini sama sekali bukan cermin kesombongan, sebaliknya orang-orang ini bersikap rendah hati, menghargai semua mahluk, mempraktekkan Ahimsa, non-kekerasan, karena di dalam semua mahluk dia melihat jiwa yang sama. Sebaliknya orang yang mngaku dirinya hamba atau budak Tuhan sering melakukan penghinaan, penghakiman dan kekerasan atas nama Tuhan.
Karena itu kejahatan yang dilakukan oleh manusia dan penderitaan yang disebabkannya , bukan karena hakikat dirinya jahat, atau karena dosa asal. Tapi karena kebodohannya. Sama dengan pendapat orang bijak dari Yunani kuno, Sokrates. Karena itu yang ditekankan oleh Upanisad adalah agar manusia mengatahui dirinya yang sebenarnya. Kata yang digunakan adalah , pengetahuan , kesadaran dan belajar untuk menagajar. Bukan percaya, tunduk , atau takut. Ketundukan, ketaatan atau kepasrahan yang disebabkan oleh ketakutan , dari aspek moral dan sepiritual memiliki nilai yang rendah. Bahkan filsuf Spionosa mengatakan, orang yang melakukan tindakan berdasarkan ketakutan hanya akan membuat dirinya dan orang lain celaka . Orang semacam ini hanya bisa mencarna dan menyalahkan orang lain. 
Badan dalam Upanisad tidak dianggap sebagai penjara atau beban yang menggandoli punggung (sarcina), tetapi kereta atau istana dimana atma tingggal. Hubungan jiwa dan badan, pkiran dan indria dilukiskan denga parabel kereta , dengan kusir , kendali dan keda-kudanya. Badan, dalam pandangan Upanisad dibuat dari prakerti, potensi materi, yang berasal dari Tuhan sendiri. Namun demikian yang menjadi fokus dalam membicarakan tentang manusia adalah jiwanya. Badan hanya bersifat sementara , yang digunakan oleh jiwa selama berada di dunia ini. Yang abadi adalah jiwa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar